Sunday, January 16, 2011

Biarkan tulusku menyentaimu


chenta datang ketika aku begitu haus dan dahaga oleh seteguk air kasihnya...
namun chenta berubah sangat menyakitkan.. ketika aku harus tahu pernyataannya,
dimana kemelut hati menjadi pipihan tulang rindu...
dan hujan hati menjadi tambang mutiara lautan jiwa yang tabah menerima..



ku belajar untuk menchentai dalam bentuk sederhana...
akan tetapi chenta membalas dengan menghancurkan aku dengan keluar biasaaannya...
yang menjadikan banyak jiwa manai oleh tingkahnya ….



tersayat sembilu pilu dalam ulu hati....
merasuk lekat pada sukma bernyawa ini...,
chenta membuatku hidup sekaligus membuatku setengah mati... memperjuangkannya....



maka uraikanlah.. dengan lembut tutur katamu...
jalinkanlah antara satu dengan yang lainnya atas warna kejujuran itu...



chenta mampu bertahan saat getirnya membaur lepas menindas dalam ruang hati yang luas...
chenta juga sanggup untuk meluluh lantahkan keping – keping asa dengan seketika...



tak akan ada ujung dan pangkalnya ketika semua harus terhenyak mendengar kata chenta ini...
tiada satupun yang kan mengerti dengan chenta itu sendiri yang ternyata masih bisu dalam aku-ku....



menjadikan enggan namun tak dapat berpaling dalam dunia yang hampa tanpa rasa...
dari segala Kuasa-Nya...



inilah chenta...,

chenta yang begitu abstrack untukku melukiskannya..
rasa yang begitu kelu ketika ku harus menerima....
asa yang begitu mulia... di saat mengikis ego menjadi mengerti...

merubah nada tinggi menjadi lebih rendah...
menyenandungkan asmara menjadi syahdu...
menyimbolkan rindu dalam satu ikatnya,

saat badai hati menghempaskan sudut – sudut penyangga sukma...
runtutan rasa menjadikan pelik dalam setiap logika..
rasa yang begitu rumit dan sulit untukku menjelaskannya...
namun begitulah adanya... chenta .

kasih sayang berlumurkan pengertian....
peduli yang berselimutkan kesetiaan...
dan ikhlas yang bertemankan kesetiaan

apa lagi yang musti aku ucapkan?
sementara telah habis kata kugoreskan....
kau selalu ada dalam aliran darah penaku..
kau selalu ada dalam tinta hitamku
kanvas lukis rasa dan asaku...

aku hanya berharap dalam chenta .. ku tak akan memupuskan segala pinta dan doaku pada-Nya..
tentang aku dan dia...

chenta begitu hebat dalam membentuk siapa diriku sebenarnya...,
dan chenta-Nya telah membuatku membuka mata dan hati... untuk lebih jelas dalam mengenal arti chenta itu sendiri...




************************************************************

Dalam diam


Hari – hariku terasa hambar, Aku terlanjur menchentai dia, aku melihat dia berbeza dengan laki – laki yang lain. Kesungguhannya, ah.. salahkah? Berulang kali mustahil itu kerap terdengar di telingaku dengan kalimat “chenta dunia maya hanya membawa petaka”. “Allah..., beritahu apa yang harus aku lakukan untuk diriku dan hidupku selanjutnya.”, harapku dalam hati.


Perih, bergerumul bulir – bulir air mata di pelupuk mataku, ingin terjatuh, namun segera aku seka dengan ketegaranku. Mencuba tersenyum dengan pemandangan itu, dimana itu pula yang menjadi impian dan cita – citaku. Memiliki sebuah keluarga kecil sederhana dan bahagia dengan kehadiran buah chenta, buah hati dari dua yang telah menjadi satu.


kisah ini? Siapa yang sungguh merasa bersalah atas semua ini? Aku tak dapat menyalahkan keadaan ini,


Chenta memang tak dapat diperkirakan kehadirannya, tak dapat tertunda meski kerana balok – balok perbezaan keras yang menghadangnya. Chenta itu tetap ada dan tumbuh dengan apa adanya.




Luka yang telah kau toreh ini, esok kan kau dapati ia menjadi kasih sayangku padamu, kerana sungguh aku menchentaimu meski sampai nanti pun aku tak dapat mendapatkan gelar sebagai isterimu.



Pembelajaran tulus ini, akankah dapat bertahan? Mungkinkah aku terjerat chenta terlarang?namun yang bagaimanakah chenta terlarang itu? Apakah chenta harus memohon kebenaran terlebih dahulu untuk menyuguhkan kehadirannya? Aku tahu mungkin aku salah, tapi tidak sekalipun aku ingin menyalahkan perasaanku ini. Ia hanya sebuah rasa dimana ia tumbuh dengan sambutan hangat dan penuh kasih juga sayang. Sambutan hati dan jiwa yang memerhati dan menjaganya dengan apa adanya.


Chenta tak seperti apapun besarnya, tak akan ku biarkan ia membutakan aku, dan aku mau dia bahagia. Aku mau kehadiranku yang tak pernah diinginkannya ini pun, bisa membuat ia lebih baik, mungkinkah semua ini adalah ujian kami bersama? Wallahu Alam. Dalam hidup ini, ingin sekali ku raih keikhlasan, sungguh demi jiwaku yang berada dalam genggamann-Nya, demi Ia yang Maha Membaca Isi Hati ini, aku hanya inginkan yang terbaik di kisahku ini bagi dia.

*********************************************************************



di sini,
begitu sepi... dan kosong...
bermain – main dengan angin …
bercanda dengan ruas – ruas bayang...

chenta membuat aku sungguh merindukannya...
chenta juga membuat aku selalu menangis....

bukan kerana lelahku...menantinya...
bukan kerana sakitku yang tengah ditorehkannya...

akan tetapi kerana debu rindu ini semakin menebal...
dan aku sadar..., batinku tak cukup mampu menopang butir – butir kegelisahan...

berputar benak dalam pusara – pusara perantara batinku dengan batinnya..
berharap chenta mengerti untukku selamanya....

juga berharap IA mengenankanku melihat warna pelangi dalam indah langit-Nya..
hingga menjadikan aku merasa damai dan sejahtera dalam lindung-Nya
dan menjadikan sendiri tetap utuh dalam pengharapan ku terhadap-Nya akan chentaku padanya..


chenta...,
chenta membuka harapan seseorang untuk hidup....
untuk lebih mengindahkan setiap langkah tujuan kemana ia akan pergi....


chenta hanya diikuti oleh hati yg diam - diam menginginkannya...
tiada pula jalan yang pasti jika smua berbeda dengan apa yang diharapakannya..
pengorbanan yang utuh, hati yang luluh, dan jantung yang dibuatnya lumpuh, ...

tak bergerak, bukan berarti tak berjalan,
bernyawa, tak selalu merasa dgn hati yg sempurna,
maka sempurnakanlah segala cita dan asa
sekalipun, tak bisa sempurna dalam memiliki, dan menjamahnya...


serperti aku yang kini menchentainya.....



*****************************************************************************



Biarkan saja jika aku nanti pergi dengan luka – luka yang terpenuhi air mata. Kegagalan dalam tanda keberhasilan yang tertunda, juga ketulusan dalam segala pemberianku padanya. Semoga itu cukup bermakna dalam hidupnya. Aku berdoa agar Allah selalu menjaga diriku dalam kesedihan, menyayangiku sewaktu aku merasa sendiri. Dan aku meminta pada-Nya, agar aku dikuatkan kerana bagaimanapun sampai detik ini, aku masih menchentainya...., dan aku mau dia bahagia, ada ataupun tiada diriku di sampingnya. Kerana biar bagaimanapun ketulusanlah yang bisa mengalahkan segalanya, dan biarlah tulusku yang menchentai dia, sekalipun aku tak dapat hidup bersama dengannya.




Ya Allah....,
Maha Mulia, lagi Maha Bijaksana....
Inikah jalan ujian dari-Mu bagi hamba ya Rabb?
Jika ini yang terbaik, berikan hamba kemudahan...
berikan hamba kelapangan dada dan jiwa untuk menjalankannya...
berikan kekuatan-Mu untukku bertahan ya Allah...,
berikan aku pengertian tentang ikhlas yang sesungguhnya....
hingga air mata ini tetap menjadi doa – doa bagi jiwa yang selalu terjaga
ameen.....

No comments:

Post a Comment